Senin, 11 April 2011

rehabilitasi fraktur



Rehabilitasi fraktur
Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut dapat kembali normal. Menurut kumar (1997), prinsip dasar penanganan fraktur adalah memperbaiki posisi kembali normal seperti anatomy dan immobilisasi serta perawatan setelah operasi yang baik. Pertimbangan-pertimbangan awal saat menangani kasus fraktur adalah menyelamatkan jiwa penderita yang kemungkinan disebabkan oleh banyaknya cairan tubuh yang keluar dan kejadian shock, kemudian baru menormalkan kembali fungsi jaringan yang mengalami kerusakan.
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.


Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Fase hematoma
Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pembuluh darah robek dan membentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Hematoma ini disertai dengan pembengkakan jaringan lunak. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast.Pada ujung tulang yang patah terjadi iskemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteosit pada daerah fraktur tersebut. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam.

2. Fase proliferatif
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel-sel periosteal dan endoosteal menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Kemudian, hematoma akan terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan di sanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast yang mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young callus. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal makapada akhir stadium akan terdapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.




4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela. Pada setadium ini sebenarnya proses penyembuhan sudah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary callus. Fase ini terjadi sesudah empat minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan tulang sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun di dalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.

 Daftar Pustaka
Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.
Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489
Price SA, Wilson LM. Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995. h.1196

Kamis, 07 April 2011

pencegahan karies gr1

mncegah lebih baik dari pada mengobati.
faktor-faktor yang mempengaruhi karies adalah :
  1. faktor penjamu (host)
  2. faktor substrat (environment)
  3. faktor miroflora
  4. faktor waktu

pencegahan karies adalah melalui beberapa cara:
1.menaikan resitensi host dengan flour baik secara sistemik maupun lokal
a.mekanisme flour dalam menghambat karies
  • menaikan resistensi enamel gigi ok hidroksil apatit mnjadi flour apatit yang menambah resitensi dari asam.
  • menghambat glikolisis
  • menghambat terbentuknya polysacharida
  • antibakteri pada konsentrasi tinggi
  • pada konsentrasi rendah(intra oral) iron tidak mendorong terjadinya reminetralisir enamel.
catatan: flour sistemik hanya berpengaruh bila gigi masih dalam pertumbuhan.  ngantuk

Rabu, 06 April 2011

dental carries (karang gigi) gr1



caries dentis adalah dstruksi pada kalsifikasi  jaringan gigi.ditandai dengan
  • demineralisasi jaringan anorganik
  • diintegrasi substansi organik

epidemiologinya:
  • 70% semua umur
  • semua gender , waktu kecil cowok lebih banyak waktu besar cewek lebih banyak.
  • banyak dijumpai pada kehidupan modern lebih banyak
  • pola makan yang baik adalah rendah karbohidrat,tinggi serat, d
penyebab karies gigi itu multifaktor.

3 teori karies gigi:
  1. acidogenik theori karies adalah peroses chemiko parasit (carbohydrat-->fermentasi-->asama laktat--->dental carries)
  2. proteolytik teori (proteolitik-->ensim--> disintegrasi substansi organ)
  3. proteolisi keyes : 3 komponent (host,agent, environment) +waktu
faktor yang mengkontribusi adalah
  1. gigi (komposisi, morphologi,posisi)
  2. saliva (komposisi, ph, kuantitas, viskositas, dan faktor antibakteri )
  3. diet (phisik dan karbohidrat yang merupakan kariesgenik)

gigi anak yang masih kecil, setelah minum susu dibersihkan dengan cotton bud, selain itu berguna untuk memperkenalkan anak pada sikat gigi.

faktor yang berpengaruh langsung pada caries secara tidak langsung.:
  1. umur
  2. jenis kelamin
  3. ras
  4. genetik
  5. sosial ekonomi
  6. geografi
  7. kesehatan umum
  8. kesehatan ibu

Selasa, 05 April 2011

ANATOMI GIGI gr1

STRUKTUR GIGI :
  1. anorganik ca dan p -->hidroksilapatit Ca10(PO4)6(OH)2.
  2. organik meliputi protein (kolagen), lemak, karbohydrat.
bahan anorganik enamel mencapai 95% sedangkan pada dentin 70%
organik enamel 1% sedangkan pada dentin 20%.

nomenklatur gigi :
  1. belanda 
  2. amerika
  3. sigmoid
  4. who

kelainan gigi
1.ukuran makrodititia dan mikrodintitia.
makrodentitia





2.bentuk


 germinated teeth
fused teeth


hutchinson teeth

  • germinated teeth (schizondontia)
  • fused teeth
  • hutchinson dan mulberry teeth pada lues konginetal.
     3.jumlah anondontia dan supernumerary teeth
    4.erupsi: natal teeth ??????dan impaksi??????
    5.struktur hypokalsifikasi dan hypoplasi
    6.perubahan warna

    PERTUMBUHAN GIGI gr1

    gigi ada 2 macam yaitu
    1. gigi sulung (decidual teeth)
    2. gigi tetap (permanent teeth)
    gigi mempunyai 3 periode:
    • early dentition (6 bulan sampai 6 tahun)
    • mixed dentition (6 tahun sampai 12 tahun)
    • permanent dentition (lebih dari 12 tahun)

    A.early dentition (6bulan sampai 6tahun)


    gigi sulung lengkap pada umur 2 tahun
    1. incicivus 1 pada umur 6-8 bulan
    2. incicivus 2 pada umur 8 sampai 10 bulan
    3. caninus pada umur 16-20bulan 
    4. molar 1 pada umur 16-20bulan
    5. molar 2 pada umur 20-30bulan.
    B.mixed dentition (6 tahun sampai 12 tahun)
    gigi sulung diganti dengan gigi permanen
    peroseo: mahkota gigi tetap di apikal  gigi sulung (atau dibawah radiks ya masih ?????)---> trus  resorbsi gigi sulung secara fisiologis-->goyang-->tanggal kemudian erupsi gigi tetep

    kelainan pada mixed dentition adalah
    1. persistensi dimana gigi permanent sudah tumbuh tapi gigi sulung belum tanggal.
    2. perforasi radiks (akar gigi sulung menembus ginggiva karena desakan dari gigi permanent---> menembus mukosa bibir akibatnya mengakibatkan ulkus dekubitus)

    C.permanent dentition (lebih dari 12 tahun)


    erupsi gigi permanent
    1. incisivus 1
    2. incicivus 2
    3. caninus
    4. premolar 1
    5. premolar 2
    6. molar 1
    7. molar 2
    8. molar 3
    kelinan pada gigi permanent adalah :
    • erupsi/ ectostem/labioversi letak c diluar lengkung karena p1 erupsi . awal di c
    • erupsi dificalis kesukaran erupsi gigi