Senin, 12 Maret 2012

obsgin panum

Pemeriksaan ANC:
1. perkenalkan diri, (contoh selamat pagi ibu, silahkan duduk, apakah yang dapat saya bantu? coba ceritakan kepada saya, insyallah saya akan membantu sesuai kemampuan saya <hanya contoh>)

2.    

  • anamnesis (misalnya mengaku 8 bulan)
  • konfirmasi dengan HPHT (h+7, b-3, T+1)
  •  


Rabu, 07 Maret 2012

LES


Histori

Pasien dengan nefritis lupus aktif sering memiliki gejala umum lupus eritematosus sistemik aktif (SLE), seperti kelelahan, demam, ruam, arthritis, serositis, atau sistem saraf pusat (SSP) penyakit. Ini adalah lebih umum dengan nefritis lupus fokus proliferasi dan menyebar proliferasi.

Beberapa pasien nefritis lupus tanpa gejala, namun dengan pemeriksaan laboratorium mengalami kelainan seperti peningkatan kadar kreatinin serum, kadar albumin rendah, atau protein urin atau sedimen menunjukkan nefritis lupus aktif. Ini lebih khas nefritis lupus mesangial atau membran.

Gejala yang berhubungan dengan nefritis aktif biasanya edema perifer sekunder terhadap hipertensi atau hipoalbuminemia. Edema perifer Extreme adalah lebih umum pada orang dengan lupus nefritis difus atau berselaput, karena lesi ginjal yang umumnya terkait dengan proteinuria berat.

Gejala lain yang berkaitan langsung dengan hipertensi yang umumnya terkait dengan nefritis lupus menyebar termasuk sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dan tanda-tanda dekompensasi jantung.


pemeriksaan fisik
Dengan nefritis lupus fokus dan menyebar, pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bukti dari SLE aktif umum dengan kehadiran ruam, borok mulut atau hidung, sinovitis, atau serositis. Tanda-tanda nefritis aktif juga umum.

Dengan nefritis lupus aktif, pasien memiliki hipertensi, edema perifer, dan, sesekali, dekompensasi jantung. Dengan nefritis lupus membran, tanda-tanda sindrom nefrotik terisolasi yang umum. Ini termasuk edema perifer, asites, dan efusi pleura dan perikardial tanpa hipertensi.

sumber emedicine

Selasa, 10 Januari 2012

MALARIA



Malaria adalah penyakit akibat infeksi parasit plasmodium yang menyerang sel darah merah. Gejala khas malaria antara lain menggigil, demam, nyeri persendian, diare cair dan berkeringat. Menurut sejarahnya, malaria sudah menginfeksi sejak manusia diciptakan. Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat mengancam nyawa.

Bagaimana sih caranya malaria menulari manusia?
Proses penularan parasit ini sebenarnya sangat kompleks dan terdiri dari beberapa fase. Mulai dari fase parasit di dalam tubuh nyamuk anopheles yang kemudian dilanjutkan dengan fase parasit tersebut di dalam tubuh manusia. Saat menginfeksi manusia pertama kali, parasit malaria berbentuk sporozoit. Selanjutnya sporozoit akan menuju hati melalui peredaran darah dan menjadi dewasa disana. Setelah dewasa ia akan menginfeksi sel darah merah manusia. Saat inilah gejala malaria muncul. Bila orang tersebut digigit oleh nyamuk anopheles lagi maka parasit yang ada dalam sel darah merah orang tersebut akan masuk kembali ke tubuh nyamuk dan berkembang biak disana. Begitulah siklus tersebut berulang ulang seperti lingkaran setan.

Apa saja tanda dan gejala malaria?
Gejala malaria sebenarnya mirip dengan gejala flu biasa seperti demam, menggigil, nyeri otot persendian dan sakit kepala. Beberapa pasien dapat mengalami mual, muntah, batuk dan diare. Gejala yang paling khas dari malaria adalah adanya siklus menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi berulang ulang. Pengulangan bisa berlangsung tiap hari, dua hari sekali atau tiga hari sekali terggantung jenis malaria yang menginfeksi. Gejala lain yang dapat terjadi adalah warna kuning pada kulit akibat rusaknya sel darah merah dan sel hati.

Orang yang terinfeksi plasmodium falciparum berat akan mengalami perdarahan hebat, syok, gagal hati atau ginjal, masalah pada sistem saraf pusat, koma dan kematian. Bila sudah menyerang otak dapat mengakibatkan malaria serebral yang ditandai dengan kejang dan koma. Saat ini angka kematian menjadi sangat tinggi yaitu 15% – 20% walaupun sudah diberikan pengobatan.

Bagaimana mengobati malaria?
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu : jenis plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan) dan jenis obat yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat yang cocok terggantung dari daerah geografis tempat plasmodium tersebut hidup. Hal tersebut karena adanya plasmodium yang sudah resisten terhadap beberapa obat pada daerah daerah tertentu. Jadi pengobatan malaria tidaklah bisa dikatakan mudah. Diperlukan dokter yang berpengalaman dalam hal ini untuk dapat memberikan pengobatan yang pas.

Malaria ringan dapat diberikan obat oral sedangkan malaria berat yang mempunyai gejala klinis perdarahan harus di observasi di rumah sakit dengan pengobatan intra vena (artesunat).
untuk saat ini  derivat artemisin yang direkomendasikan.
derivat artemisin meliputi:

  1. artesunat bisa oral maupun intravena
  2. arthemeter melalui intramuskular
  3. dihidroartemisinin
  4. arteeter

pilihan ACT (artemisin-based combination therapy):
artesunate+ amodiakuin hanya pada hari pertama ditambah primakuin.

Untuk malaria berat digunakan:

  • artesunate melalui intravena
  • arthemeter melalui intramuskular
pada ibu hamil trimester 1 tidak disarankan derivat artemisin.


Bagaimana mencegah infeksi malaria?
Jika anda merencanakan bepergian ke daerah endemis malaria maka sebaiknya anda berkunjung terlebih dahulu ke dokter untuk mendapatkan obat pencegah malaria. Sampai saat ini belum ada vaksin yang bagus untuk malaria tetapi penelitian tentang ini masih terus berlanjut.

Jika memang tidak terpaksa, janganlah berpergian ke daerah endemis malaria. Hindari gigitan nyamuk terutama pada pagi dan sore hari. Pergunakan pakaian yang melindungi anda dari gigitan nyamuk. Gunakan lotion anti nyamuk atau obat nyamuk sebelum anda memutuskan untuk tidur. Gunakan kelambu pada tempat tidur anda dan lindungi lubang ventilasi kamar anda dengan kawat nyamuk.

DIC


Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah gangguan darah dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan.


PENYEBAB
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah.
Karena jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.

# Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC: Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
# Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
# Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.

Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
# Penderita cedera kepala yang hebat
# Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
# Terkena gigitan ular berbisa.

GEJALA
DIC biasanya muncul tiba-tiba dan bisa bersifat sangat berat.

Jika keadaan ini terjadi setelah pembedahan atau persalinan, maka permukaan sayatan atau jaringan yang robek bisa mengalami perdarahan hebat dan tidak terkendali.
Perdarahan bisa menetap di daerah tempat penyuntikan atau tusukan; perdarahan masif bisa terjadi di dalam otak, saluran pencernaan, kulit. Otot dan rongga tubuh.

Bekuan darah di dalam pembuluh darah yang kecil bisa merusak ginjal (kadang sifatnya menetap) sehingga tidak terbentuk air kemih.

DIAGNOSA
Pemeriksaan darah menunjukkan:
- penurunan jumlah faktor pembekuan
- adanya bekuan-bekuan kecil yang tidak biasa
- sejumlah besar hasil pemecahan bekuan darah.

PENGOBATAN
Penyebabnya harus dicari dan diatasi, apakah gangguan kebidanan, infeksi atau kanker.
Jika penyebabnya diatasi, maka gangguan pembekuan bisa berkurang.

DIC bisa berakibat fatal, sehingga harus diatasi sesegera mungkin.
Diberikan transfusi trombosit dan faktor pembekuan untuk menggantikan kekurangand an menghentikan perdarahan.
Untuk memperlambat pembekuan kadang diberikan heparin. (medicastore)

Jumat, 06 Januari 2012

blefaritis

A. PENDAHULUAN
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.


B. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.


C. ANATOMI


Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untukmelindungi bola mata terhapat trauma, trauma sinar dan pengeringan mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
• Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
• Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
• Di dalam kelopak terdapak tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
• Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosa berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.




D. ETIOLOGI
Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :
1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan seborrheik. Blefaritis stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yang lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).


E. KLASIFIKASI
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai.1
2. Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.


F. GAMBARAN KLINIK
Gejala :
1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
Tanda :
• Skuama pada tepi kelopak
• Jumlah bulu mata berkurang
• Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
• Sekresi Meibom keruh
• Injeksi pada tepi kelopak
• Abnormalitas film air mata


G. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.


H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.


I. PROGNOSIS
Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan terapi.

dari catatane mas2 koas


Definisi : Kerusakan papil nervus optikus akibat tekanan bola mata yg tinggi shg lapang pandang menurun.

TIO tinggi > 21 mmHg. CD rasio > 0.6 (penggaungan).

Cara Pemeriksaan TIO : Digital, Tonometer Schiotz, Tonometer applanasi

Pemeriksaan Lapang pandangan : Konfrontasi test, Tangent Screen, Perimeter Goldman, Komputer (Octopus dan humpry).

Klasifikasi Glaukoma :

A. Primer : Sudut terbuka / kronis simplek dan sudut tertutup / akut kongestif –> berdsar gonioskopi.

B. Sekunder : Dislokasi lensa, katarak, uveitis, hifema, kortikosteroid, rubeosis iridis.

C. Glaukoma Kongenital

D. Glaukoma Absolut : penglihatan nol / LP (-) meski dg koreksi maksimal.

Dinamika humor aquous : Produksi (epitel badan silier) –> COP –> pupil –> COA –> Trabekular meshwork –> kanalis schlemm

Glaukoma sudut terbka (POAG) : kronis (kelainan pd outflow), progresif, bilateral tp tdk bersamaan, mata putih dan kabur, melihat spt dalam terowongan/tunnel vision. TIO > 22 mmHg, lapang pandang turun, CD rasio melebar.

patofis : degenerasi trabekel, kanal schlemms (outflownya yg rusak). Ada aspek genetik lohhh

Tx : DIamoz, pilokarpin, timolol, betaksolol, Laser trabekuloplasti, Trabekulektomi.

Low Tension Glaukoma (LTG) –> tensi normal tp damage papil n. optikus.

Hipertensi okuli : suspect glaucoma -> TIO meingkat tp tdk damage papil n. optikus

Glaukoma Sudut Tertutup Primer (PACG)

Patofis : Blok pupil (kelainan di inflow). Tipe Akut < 72 jam.

Blok Pupil : fx predisposisi : sudut sempit, COA dangkal, Axial length bolamata pendek, diameter kornea kecil (hipermetrop), usia > 40 thn. Fx pencetus : Mid midriasis, pembengkakan lensa, lensa ke depan.

Gx : Nyeri, pusing, mual, muntah, halo –> kabur. Halonya krn edema kornea lohh….

Tanda : TIO > 30, PCI + , CI +, Konrea edema (–> halo), COA dangkal, flare, atropi iris, glaukomflecken (katarak oleh krn TIO yg meningkat), Mid midriasis.

Khas : adanya halo sblm kabur. Hal ini krn edema kornea. Spt melihat langit.

Pokoknya glaukoma itu : kerusakan papil n. optikus, baik dg TIO normal maupun meningkat.

PCI : pericorneal injection

Tx definitif : Iridektomi / laser iridotomi (< 48-72 jam), trabekulektomi (> 48-72 jam)

Penatalaksanaan :  Fellow eye –> iridektomi / laser iridotomi preventif.

Medical terapi : Glyseri, diamox, timolol, analgesik, manitol.

Glaukoma Sekunder

1. Dislokasi lensa –> sudut tertutup

2. Katarak –> ada 2 patogenesis :

1. Fako morfik / swollen –> sudut tertutup — katarak intumesen

2. Fakolitik — katarak hipermatur –> protein lensa keluar –> reaksi radang –> glaukoma sudut terbuka.

3. Hifema –> partikel perdarahan –> sumbatan trabekula meshwork –> glaukoma sudut terbuka

4. Uveitis : ada 2 patogenesis : 1. Seklusio pupil –> iris bomban –> PAS –> glaukoma sudut tertutup. 2. Sel2 inflamasi –> menghambat trabekular meshwork –> glaukoma sudut terbuka.

5. Pemakaian kortikosteroid : kerusakan trabekular meshwork.

6. Rubeosis iridis : tjd fibrovaskuler pada sudut bilik mata depan

Glaukoma Kongenital

Gx : tidak tahan thd sinar, rewel, keluar air mata, bola mata membesar scr keseluruhan

Tnd :  TIO tinggi, epifora, blefarospasme, fotofobi, buftalmos

tx : operasi trabekulektomy, trabekulotomy, goneotomy

Glaukoma Absolut

Merupakan stadium terminal dari semua macam glaukoma dmn tajam penglihatannya LP (-). END STAGE.

Tx : Cyclocryo, suntik alkohol retrobulber, enukleasi adalah jalan terakhir.

Akut –> kel. inflow –> iridektomy saja cz blok pupil

Kronik –> kel. out flow –> trabekulektomi (sdh tmsk iridektomi)


xerofthalmia


Xeroftalmia berarti mata kering. Xeroftalmia timbul akibat kekeringan yang terjadi pada selaput lendir (konjungtiva) dan kornea (selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia terjadi akibat kurangnya konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui.

Kebutaan terjadi secara bertahap. Demikian tahapannya :

Buta senja (XN)

Disebut juga rabun senja. Tidak terjadi kelainan pada mata (mata terlihat normal), hanya saja pengelihatan menjadi menurun saat senja tiba, atau tidak dapat melihat di dalam lingkungan yang kurang cahaya. Bagaimana cara mendeteksinya? Jika anak sudah dapat berjalan, ia sering membentur atau menabrak benda yang berada di depannya. Jika anak belum dapat berjalan, agak susah mendeteksinya. Biasanya anak akan diam memojok dan tidak melihat benda di depannya. Dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar, maka pengelihatan akan dapat membaik selama 2 hingga 4 hari. Namun jika dibiarkan, maka akan berkembang ke tahap selanjutnya.

Xerosis konjungtiva (X1A)

Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, keriput, dan berpigmentasi dengan permuikaan sehingga terlihat kasar dan kusam. Mata akan tampak kering atau berubah menjadi kecoklatan.

Xerosis konjungtiva dan bercak bitot (X1B)

X1B merupakan tanda-tanda X1A ditambah dengan bercak seperti busa sabun atau keju, terutama di daerah celah mata sisi luar. Mata penderita umumnya tampak bersisik atau timbul busa. Dalam keadaan berat, tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva (bagian putih mata), konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat, dan berkerut. Segeralah konsumsi atau berikan vitamin A kepada penderita. Anak dapat menjadi buta dalam waktu singkat. Dengan pemberian vitamin A yang baik dan pengobatan yang benar, bercak akan membaik selama 2 hingga 3 hari, dan kelainan mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu.

Xerosis kornea (X2)

Kekeringan pada konjungtiva berlanjut hingga kornea (bagian hitam mata). Kornea tampak kering dan suram. Permukaan kornea tampak kasar. Umumnya terjadi pada anak yang bergizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare, dan sebagainya. Pemberian vitamin A yang benar akan membuat kornea membaik setelah 2 hingga 5 hari, dan kelainan mata akan sembuh selama 2 hingga 3 minggu.

Keratomalasia dan ulserasi kornea (X3A/ X3B)

Kornea melunak seperti buburdan terjadi ulkus kornea atau perlukaan. Tahap X3A bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea. Tahap X3B bila kelaiana mengenai sama atau lebih dari 1/ 3 permukaan kornea. Keadaan umum penderita sangatlah buruk. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (pecahnya kornea). Bila penderita telah ditemukan pada tahap ini maka akan terjadi kebutaan yang tidak dapat disembuhkan.

Xeroftalmia scars (XS)

Disebut juga jaringan kornea. Kornea mata tampak memutih atau bola mata tampak mengempis. Jika penderita ditemukan pada tahap ini, maka kebutaan tidk dapat disembuhkan.

KONJUNGTIFA FLIKTEN




Konjungtivitis flikten merupakan peradangan konjungtiva karena reaksi alergi yang dapat terjadi bilateral ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-anak dan kadang-kadang pada orang dewasa. Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya disebabkan protein bakteri tuberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti stafilokokus. Pada kasus ini, pasien anak 8 tahun didiagnosis dengan konjungtivitis flikten dan berdasarkan anamnesis dikethui pasien mempunyai riwayat alergi dan sedang dalam pengobatan tuberkulosa.
kata penting: konjungtifitis flikten, tuberkulosa, alergi


History
Pasien perempuan berusia 8 tahun datang dengan keluhan mata merah dan berair padakedua belah mata, disertai dengan rasa sakit dan terjadi gangguan penglihatan seperti rasa berpasir. Sebelumnya anak sudah pernah mengalami peristiwa yang sama. Pasien mempunyai riwayat alergi yang diturunkan dari keluarga dan sekarang dalam masa pengobatan tuberkulosa yang sudah dijalani selama 1 bulan. Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia)  mengenai kedua mata.


Diagnosis
Konjungtifitis flikten.


Terapi
Penatalaksanaan pada kasus ini ditujukan untuk mengeridikasi penyebabnya. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears(berisi on Natrium & Kalium dengan Benzalkonium Cl ) dan salep eritromisin 2 % sebelum tidur.


Diskusi
Penderita konjungtivitis flikten lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Gambaran klinik berupa gejala subjektif yang meliputi  rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial akut. Gejala Obyektif: Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata. Histopatologi: Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit, sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah yang memperdarahi flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.Laboratorium: Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder.


Kesimpulan
Pada pasien ini terdapat tanda obyektif konjungtivitis flikten dengan slit lamp berupa tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia)  mengenai kedua mata, yang merupakan manifestasi dari alergi dan tuberculosis yang dialami pasien ini

KATARAK




Katarak adalah kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat mengalami perubahan dalam waktu lama

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.Katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4 % dan katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan.Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.

Buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga dapat melihat kembali dengan diagnosis dini. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis.

II. DEFINISI

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut akibat peroses  degenerasi lensa, yaitu usia di atas 50 tahun.

III. EPIDEMIOLOGI

Pada dasarnya katarak adalah suatu penyakit mata yang erat hubungannya dengan mereka yang berusia lanjut, karena itu semakin meningkatnya usia harapan hidup, maka prevalensi katarak akan meningkat.

Katarak senilis terus merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia. Sedikitnya 5 – 10 juta pasien memiliki gangguan penglihatan katarak setiap tahunnya dengan metode teknik bedah modern menghasilkan 100.000 – 200.00 buta mata ireversibel.

IV. ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
kondisi lingkungan, penyakit sistemik, diet, dan umur mempengaruhi peroses terjadinya katarak..

West dan Valmadrid mengatakan bahwa katarak yang berhubungan dengan usia adalah sebuah penyakit multifaktorial dengan faktor risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan tipe-tipe katarak yang berbeda. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa katarak kortikal dan subkapsular posterior berhubungan erat dengan stres lingkungan seperti paparan sinar ultraviolet, diabetes, dan obat-obat yang diminum. Bagaimanapun katarak nuklear terlihat mempunyai korelasi dengan merokok. Alkohol berhubungan dengan semua jenis katarak.

Analisis yang serupa dilengkapi oleh Miglior dan kawan-kawan. Mereka menemukan bahwa katarak kortikal berhubungan dengan adanya diabetes yang lebih 5 tahun dan meningkatnya kadar potasium dan sodium serum. Adanya riwayat pembedahan dengan anestesi umum dan penggunaan obat-obat sedatif berhubungan dengan penurunan risiko katarak kortikal. Katarak subkapsular posterior dihubungkan dengan penggunaan steroid dan diabetes, sedang katarak nuklear mempunyai hubungan yang berarti dengan asupan kalsitonin dan susu.

Penyakit sistemik dan katarak senilis
-          Katarak senilis berhubungan dengan banyak penyakit sistemik, termasuk kolelitiasis, alergi, pneumonia, penyakit koroner dan penyakit jantung insufisiensi, hipotensi, hipertensi, retardasi mental, dan diabetes.

-          Hipertensi sistemik telah ditemukan secara berarti meningkatkan risiko katarak subkapsular posterior.

-          Jalan lain yang mungkin pada perjalanan dari hipertensi dan glaukoma pada katarak senilis adalah perubahan struktur protein dalam kapsul lensa. Selanjutnya menyebabkan perubahan pada transpor membran dan permeabilitas terhadap ion dan akhirnya akan meningkatkan intra okuler yang menyebabkan perubahan bentuk katarak.

Sinar ultraviolet dan katarak senilis
-          Hubungan sinar ultraviolet dan perkembangan dari katarak senilis telah diuraikan secara menarik. Satu hipotesis menjelaskan bahwa katarak senilis, terutama opasitas dari korteks, mungkin disebabkan oleh dampak suhu terhadap lensa.

-          Pada binatang percobaan oleh Al-Ghadyan dan Cotlier mendokumentasikan adanya peningkatan suhu. Pada bagian posterior lensa pada kelinci setelah dipaparkan dengan sinar matahari yang disebabkan oleh efek temperatur pada kornea dan peningkatan suhu badan.

-          Pada studi yang relevan, orang yang berkediaman di area yang besar terpapar sinar ultraviolet lebih mungkin berkembang katarak senilis dan lebih cepat dibandingkan orang yang berkediaman di tempat yang sedikit terpapar sinar ultraviolet.

Faktor risiko lain :
-          Hal lain yang signifikan berhubungan dengan katarak senilis adalah penambahan usia, jenis kelamin perempuan, kelas sosial, dan miopia. Pekerja yang terpapar dengan radiasi infra merah juga memiliki insiden yang tinggi terhadap perkembangan katarak senilis.

-          Meskipun miopia merupakan sebuah faktor risiko, telah terlihat bahwa orang dengan miopia yang telah menggunakan kaca mata setidaknya 20 tahun akan diekstraksi katarak lebih tua dibandingkan emetrop. Secara tidak langsung terdapat efek protektif dari kaca mata terhadap radiasi solar ultraviolet.

V. PATOFISIOLOGI

Mata kita bekerja seperti sebuah kamera. Lensa mata yang terletak di dalam mata (di belakang iris) bertugas memfokuskan cahaya agar membentuk suatu bayangan yang tajam di retina. Retina bekerja seperti film pada sebuah kamera yang berfungsi untuk merekam bentuk bayangan suatu objek dalam bentuk gambar. Gambar tersebut dihantarkan melalui saraf optik menuju otak untuk diterjemahkan menjadi sesuatu yang kita lihat.

Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dan kapsul lensa. Pada anak dan remaja , nukleus bersifat lembek sedangkan pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.

Patofisiologi katarak senilis merupakan hal yang kompleks dan belum dimengerti penuh. Pada semua kejadian patogenesisnya merupakan multifaktorial yang melibatkan interaksi kompleks antara bermacam – macam proses fisiologis. Sebagai lensa yang tua, ketebalan dan berat bertambah sedangkan daya akomodasinya berkurang. Terdapat lapisan kortikal baru pada pola konsentrisnya, nukleus ditengah akan tertekan dan mengeras yang disebut sklerosis nuklear.

Mekanisme multipel mempengaruhi kehilangan transparansi lensa yang progresif. Epitelium lensa yang berubah sebagian perubahan umur terutama penurunan densitas sel epithelial lensa dan penambahan sel serat lensa yang berbeda.

Kerusakan oksidasi progresif dari lensa yang sudah tua berkembang menjadi katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk dari oksidasi dan penurunan dari vitamin anti oksidan  dan penurunan dari enzim superoksida dismutase. Penting untuk proses oksidasi pada pembentukan katarak.

Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama : katarak nuklear, katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior.

VI. GEJALA KLINIK

Pengambilan anamnesa yang hati–hati sangat penting untuk menggambarkan progresifitas dan kerusakan fungsional dari penglihatan yang disebabkan oleh katarak dan identifikasi penyebab lain  yang mungkin menyebabkan opasitas lensa. Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya memiliki riwayat kemunduran penglihatan progresif dan bertahap. Penyimpangan penglihatan yang bervariasi tergantung pada tipe katarak pasien tersebut.

Penurunan ketajaman penglihatan
Penurunan ketajaman penglihatan adalah keluhan umum pasien dengan katarak senilis. Katarak betul – betul dipertimbangkan secara klinis jika terdapat efek pada ketajaman penglihatan yang berarti. Selanjutnya tipe – tipe yang berbeda dari katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman penglihatan.

Sebagai contoh, tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis. Bagaimanapun katarak  sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh dan penglihatan dekat yang bagus. Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.

Silau
Peningkatan kesilauan adalah keluhan utama lain pada pasien dengan katarak senilis

Pergeseran miopik
Progresifitas dari katarak akan sering meningkatkan kekuatan dioptri lensa terlihat pada tingkat ringan sampai sedang dari miopia. Selanjutnya, pasien – pasien presbiop dilaporkan peningkatan penglihatan dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca yang disebut “ second sight “.

Khasnya, pergeseran miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak kortikal dan subkapsular posterior, lebih lanjut perkembangan kerusakan asimetris lensa miopia menyebabkan gejala anisometropia yang membutuhkan manajemen bedah.

Monookular diplopia
Pada saat perubahan nukleus terpusat pada lapisan paling dalam lensa menyebabkan area refraksi  pada sentral lensa, yang lebih sering jelas terlihat pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi direk. Seperti fenomena yang mengarah kepada diplopia monookular yang tidak dikoreksi dengan kacamata, prisma dan kontak lensa.

STADIUM

Stadium katarak senilis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Katarak insipien
Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengaakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.

Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali. Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak hipermatur
Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

VII. DIAGNOSIS

Diagnosa  dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.

Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula
Pemeriksaan slit lamp  tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
-          Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati

-          Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil

-          Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur

Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari katarak senilis yaitu katarak traumatik.

IX. PENATALAKSANAAN

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).

Ekstraksi katarak intrakapsular
Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat – alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.

Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.

ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

Extracapsular Cataract Extraction
Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :

-          Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

-          Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi atau dieliminasi

-          Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

-          Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis

X. KOMPLIKASI

Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu :

Kamera okuli anterior dangkal atau datar
Ruptur kapsul
Edem kornea
Perdarahan atau efusi suprakoroid
Perdarahan koroid yang ekspulsif
Tertahannya material lensa
Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka
Iridodialisis
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :

Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek
Terlepasnya koroid
Hambatan pupil
Hambatan korpus siliar
Perdarahan suprakoroid
Edem stroma dan epitel
Hipotoni
Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)
Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten
Perdarahan koroid yang lambat
Hifema
Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)
Edem makular kistoid
Terlepasnya retina
Endoptalmitis akut
Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)
Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :

Jahitan yang menginduksi astigmatismus
Desentrasi dan dislokasi IOL
Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia
Uveitis kronis
Endoptalmitis kronis
Kesalahan penggunaan kekuatan IOL
XI. PROGNOSIS

Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati diabetik.

Kamis, 05 Januari 2012


Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata dapat disebabkan oleh basa dan asam. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibanding trauma asam, ini terjadi sejak bahan basa digunakan secara luas di rumah dan di industri. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, trauma basa dapat secara cepat penetrasi ke sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah melakukan irigasi pada mata secepat mungkin. Penderita datang dengan keluhan kedua mata terkena soklin, kedua mata merah dan perih..Tidak ada riwayat pengobatan, Pada pemeriksaan fisik kedua mata terdapat hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, serta injeksi konjungtiva ringan, dan petekie di sekitar limbus.




Trauma kimia, basa

Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 4 bulan dibawa orangtuanya ke poliklinik mata dengan keluhan utama kedua mata terkena soklin. Riwayat penyakit sekarang lebih kurang 1 hari yang lalu tepatnya jam 5 sore kedua mata terkena soklin, mata merah, dan perih. Oleh pasien kedua mata di kucek-kucek sehingga mata bertambah merah dan perih, kemudian oleh ayah pasien kedua mata dicuci dengan air keran lebih kurang 1-2 menit. Penglihatan kabur disangkal. Tidak ada riwayat pengobatan dan tidak ada riwayat alergi pada pasien maupun keluarga.

Pada pemeriksaan fissik didapatkan keadaan umum pasien baik dengan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 84 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, suhu 36,7 0 C, dan berat badan 15 kg. Pemeriksaan fisik pada kedua mata menunjukan adanya hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik. Selain itu didapatkan juga injeksi konjungtiva ringan dan peteki ringan di sekitar limbus.



Diagnosis

ODS Trauma Kimia Basa.



Terapi

Terapi kuratif yang diberikan pada pasien berupa irigasi pada kedua mata dengan infus RL sebanyak dua flabot. Selain itu pasien juga diberi antibiotik sistemik, dan topikal, dan suplemen multivitamin per oral. Promotif dianjurkan berupa nasehat untuk kontrol ke dokter mata setelah obat habis, makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Preventif, yaitu lebih waspada pada saat anak-anak bermain dengan barang berbahan kimia, dan simpan dengan rapi barang yang berbahan kimia.



Diskusi

Pada kasus ini pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 4 bulan, trauma kimia terjadi di rumah karena terkena deterjen pencuci baju. Senyawa basa yang ada di deterjen biasanya adalah akustik soda (natrium hidroksida) dan kalium hidroksida. hampir setiap rumah mempunyai deterjen pencuci baju. hal ini sesuai dengan prevalensi trauma kimia di atas bahwa dua pertiga terjadi di rumah dan bahan kalium hidroksida merupakan salah satu bahan basa tersering yang menyebabkan trauma kimia, karena bahan berbahan dasar kalium hidroksida digunakan secara luas di rumah contohnya sabun dan deterjen.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat mengijinkan mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu sawar perlindungan agar asam tidak penetrasi lebih dalam. Bahan ammonium hidroksida dan akustik soda dapat menyebabkan kerusakan yang berat karena mereka dapat penetrasi secara cepat, dan dilaporkan bahwa bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik

Pasien pada kasus ini kedua mata terkena soklin dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, injeksi konjungtiva ringan dan petekie ringan di sekitar limbus. Hal ini menunjukan bahwa pada pasien hanya terjadi kerusakan pada permukaan saja, yaitu hanya mengenai membran sel epitel kornea, dan konjungtiva. Sehingga trauma ini termasuk trauma kimia basa ringan. Selain itu pada pasien ini dilakukan irigasi dan dilakukan pengukuran pH dengan kertas lakmus setelahnya, didapatkan hasil pH mata kanan 8,5 dan mata kiri 8,0. Hal ini menunjukan bahwa pasien telah mengalami trauma kimia basa pada kedua mata.

Berdasarkan klasifikasi menurut Ropper-Hall, penderita dalam kasus ini tergolong dalam derajat I karena hanya didapatkan hiperemi pada konjungtiva, injeksi konjungtiva ringan dan tidak ada iskemik limbus.

Diagnosis trauma kimia basa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan visus, pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH.

Pada pasien ini dilakukan anamnesis dan aloanamnesis dengan ibu pasien, pemeriksaan segmen anterior tanpa slit lamp, pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan pemeriksaan pH setelah irigasi dengan lakmus. Hasil anamnesis didapatkan lebih kurang 1 hari yang lalu tepatnya jam 5 sore kedua mata terkena soklin, mata merah, dan perih. Pemeriksaan kedua mata tanpa slit lamp menunjukan adanya hiperemi pada konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, petekie ringan, injeksi konjungktiva ringan, dan tidak ada iskemia limbus. Pemeriksaan tekanan bola mata normal. Pada pengukuran pH setelah irigasi didapatkan hasil pH pada mata kanan 8,5 dan pada mata kiri 8,0 yang menunjukkan trauma kimia pada pasien ini bersifat basa.

Penatalaksanaan

Penanganan awal di poliklinik ,pada pasien ini dilakukan irigasi pada kedua mata menggunakan infus RL sebanyak 1000 ml, Volume RL yang diberikan hanya 1000 ml, karena pada kasus ini trauma tergolong ringan dan dengan volume tersebut konjungtiva maupun bola mata anterior sudah terlihat bersih serta tidak ada benda asing yang tertinggal. Setelah diirigasi dilakukan pengukuran pH dengan kertas lakmus didapatkan pH pada mata kanan 8,5 dan pH pada mata kiri 8,0.

Selain itu pasien juga diberikan obat-obat yang sesuai, yaitu berupa antibiotik sistemik dan topikal yang bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder, dan multivitamin bertujuan untuk mempercepat proses reepitelisasi, dan membantu penyembuhan penyakit.

Karena pasien mengalami trauma kimia basa ringan pasien cukup rawat jalan dan di nasehatkan untuk kontrol kembali setelah obat habis, banyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan lebih waspada pada saat anak-anak bermain dengan barang berbahan kimia, dan simpan dengan rapi barang yang berbahan kimia.

Komplikasi

Pada pasien ini tidak terdapat komplikasi. Akan tetapi komplikasi yang dapat terjadi pada trauma kimia basa antara lain :

- Kornea, pada organ ini dapat terjadi edema kornea karena adanya kerusakan dari epitel, glikosaminoglikan, keratosit, dan endotel, sehingga aquos humor dari bilik mata anterior dapat masuk kedalam kornea. Selain itu karena adanya iskemia limbus suplai nutrisi berkurang sehingga menyebabkan tidak terjadinya reepitelisai kornea dan pada akhirnya dapat timbul sikatrik pada kornea.

- Konjungtiva, akibat terjadi kerusakan pada sel epitel konjungtiva, terutama sel goblet yang berfungsi untuk mensekresikan mukus yaitu suatu komponen lapisan film air mata, akan menyebabkan dry eye karena produksinya berkurang.

- Konjungtiva fornik apabila ada nekrosis dan peradangan yang hebat dapat terjadi simblefaron. Oleh karena itu perlu diberikan lubrikan juga pada pasien dengan trauma kimia untuk mencegah terjadinya simblefaron.

- Glaukoma sekunder, hal ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraokuler yang disebabkan oleh adanya kelainan dan pemendekan serabut yang mengakibatkan perubahan jalinan trabekula, nyeri yang kuat, dikeluarkannya prostaglandin sebagai respon dari peradangan, dan penyempitan sudut bilik mata akibat fibrosis.

- Lensa dapat terjadi katarak, hal ini disebabkan karena adanya paparan langsung bahan basa ke lensa atau karena adanya perlekatan iris yang meradang pada lensa (sinekia posterior).

- Korpus siliaris apabila terjadi kerusakan yang berat pada organ ini dapat menyebabkan hipotoni yang permanen (ptisis bulbi) dengan kehilangan penglihatan yang permanen.

Prognosis

Prognosis trauma kimia basa tergantung dari konsentrasi basa, ph larutan, daerah permukaan okular yang terkena, lamanya kontak ( retensi senyawa basa di permukaan bola mata), dan pengobatan yang diberikan Pada kasus ini pasien termasuk trauma kimia basa derajat ringan sehingga mempunyai prognosis yang baik.



Kesimpulan

Trauma kimia mata terdiri atas dua macam yaitu trauma asam dan trauma basa. Trauma basa dua kali lebih sering terjadi dibanding trauma asam karena bahan basa digunakan secara luas di rumah maupun industri, selain itu trauma basa menimbulkan akibat yang lebih berat dibanding trauma asam. Keluhan yang ditimbulkan dari trauma kimia mata antara lain rasa nyeri, mata merah, fotofobia, terasa ada benda asing, penglihatan kabur, dan mata berair. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah irigasi mata dengan segera dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, mutivitamin terutama vitamin A dan C. selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Prognosis pada pasien ini baik.

VISUM ET REPERTUM


Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib untuk kepentingan peradilan.

unsur-unsur dari suatu Visum et repertum (VER) :

1.Projustitia : Pada bagian atas kertas untuk mengganti kewajiban menempel materai artinya demi keadilan
2.Pendahuluan : Isinya; identitas pemeriksa, korban dan peminta VER juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
3.Pemberitaan : Merupakan bagian terpenting dari VE, berisikan keterangan tentang apa yang dilihat dan diperoleh (objektif)
4.Kesimpulan :
- Jenis luka dan jenis kekerasan
- Pada orang hidup: tulis kualifikasi luka
- Pada orang mati : tulis sebab kematian
5.Penutup: berisi
- Sumpah/janji sesuai dengan sumpah jabatan/pekerjaan, berbunyi: “VER ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.”
- Tandatangan dan nama terang dokter yang membuat VER.

Apa itu pemberitaan visum? yakni Hasil pemeriksaan (data)yang fungsinya :
- sebagai barang bukti, cara yang dilihat dan diperoleh dokter
- Untuk analisa dalam membuat kesimpulan

Yang menuntut dokter untuk menganalisa menuju kesimpulan adalah permintaan visum. Jadi permintaan visum merupakan pertanyaan polisi, analisa → kesimpulan merupakan jawaban dokter.

Pada kasus Kecelakaan Lalu-Lintas, pertanyaannya:
1.Sebab kematian
2.Benarkan kecelakaan lalu-lintas, apakah bukan pembunuhan
3.Apakah korban tidak sedang mabuk

Hakikat visum : mencari kejadian yang sebenarnya terjadi/dialami korban. Kita tidak bisa memakai data polisi untuk menganalisa, oleh karena visum: apa yang dilihat dan apa yang didapat, bukan yang didengar.

Kesimpulan bahwa meninggal, akibat kecelakaan lalulintas bukan kesimpulan dokter tetapi kesimpulan polisi. Dokter hanya memberikan data tentang luka-luka dan sebab kematian.

Dokter tidak bisa berkesimpulan bahwa korban sedang mabuk oleh karena kadar alkohol yang disebabkan mabuk berbeda-beda untuk tiap orang dan dokter tidak bisa pastikan apakah kadar alkohol tertentu orang/korban menjadikannya mabuk. Dokter hanya bisa berikan data bahwa terdapat alkohol dan kadar sekian dalam darah korban.

Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang diberikan dokter, apakah:
- kecelakaan (data)
- sengaja ditabrak (data)
- Mabuk (data)
- Bunuh diri (data)
- Mati baru ditabrak (medis) diketahui dari sebab kematian

Dalam visum: Jangan hanya menyimpulkan sebab kematian tetapi juga patogenesis kematiannya.

Pada luka tembak harus disimpulkan:
1. Sebab kematian
2. Jarak dan arah tembakan

Pemberitaan: Barang bukti
Ringkasan dan kesimpulan → bukan barang bukti


Kasus Luka Tusuk

Data:
1. Luka tusuk dari belakang menembus dan merobek aorta yang menyebabkan perdarahan ± 750 cc dalam rongga dada.
2. Luka tusuk dari arah belakang tembus hepar menyebabkan perdarahan 300 cc.

Data medis lain yang membantu polisi: apakah hamil atau tidak pada korban ♀ → membantu polisi menganalisa dan menyimpulkan sebab akibat/hubungan kehamilan dan penikaman.

Perlu dokter mendeskripsikan luka bukan deskripsi jenis senjata sebab nanti polisi yang mendeskripsikan senjata.

2 tugas dalam membuat visum :
1.Memindahkan luka – luka ke kertas sebagai pengganti barang bukti.
2.Menalar sebagai saksi ahli untuk sampai pada kesimpulan.

Kesimpulan tentang apa yang dibuat/dimuat ?

sebab kematian
saat kematian
patogenesa sebab kematian, kenapa diperlukan sebab kematian dan patogenesanya? untuk mengetahui mati wajar atau tidak
Ringkasan harus meliputi 2 unsur :
Sebab kematian : asfiksia, Why ? ada sianosis
ada perdarahan subkonjungtiva
ada perdarahan hati
ada perdarahan ginjal
ada perdarahan paru - paru
Kenapa bisa terjadi asfiksia ?
mungkin intoksikasi, apa buktinya ? ada bahan organoklorida (antikolenesterase) baygon
apa itu organoklorida ? Baygon
Kalau orang mati baru dikasih minum baygon, tidak akan ada penyerapan (tidak diabsorbsi), sehingga tidak akan ditemukan dalam darah, oleh karena itu botol darah tidak boleh dicampur dengan botol hati, ginjal, untuk bisa membedakan apakah korban nanti mati baru diberi baygon atau minum baygon dulu baru mati.

Data apa untuk membuktikan dia minum sendiri / paksa ?
tanda – tanda kekerasan tanda yang bisa mendukung :
ada kebiruan di daerah perut (memar tanda kekerasan baru, ada tidak tanda pembusukan ?
ada sikatriks tanda kekerasan lama

Kenapa pada asfiksia ada perdarahan ?

Karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan karena bendungan pada a. pulmonalis sehingga darah statis tekanan meningkat kapiler darah pecah.


Asfiksia --> aliran darah dari a. pulmonalis ke paru terhambat --> jantung terbendung --> pembuluh darah terbendung --> kapiler pecah --> Kapiler pecah karena ukurannya yang paling kecil.

Kenapa arteri pulmonalis yang menuju ke atrium terhambat ?Apa bukti ada kerjasama paru dan jantung mengangkut oksigen ?

Nukti sederhana : Kalau “orang loncat” frekuensi napas meningkat yang diikuti penambahan konsentrasi.
Bukti untuk dokter forensik : surat, bukan dokter forensik : petunjuk.

Pemberitaan: Segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan (hasilnya)
Fungsi VER: - Saksi ahli - Barang bukti
Yang berfungsi dalam VER (barang bukti) adalah pemberitaan

ABORTUS


Pengertian abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. (premature termination of pregnancy)

Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.
Abortus dalam bidang kedokteran adalah:
trimester 1: abortus
trimester 2: imature
trimester 3: premature.


Pengertian Abortus (aborsi).

Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan) yakni

  1. abortus spontan dan 
  2. abortus buatan (provokatus). 


Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu (normal). Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya gerhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.

Lain halnya dengan abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

Kita mengetahui bahwa abortus menurut pengertian kedokteran terbagi ke dalam :

1. Abortus spontan

2. Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam

a. Abortus provokatus terapeutikus (medical) contoh karena ibu mengalami ancaman kematian.

b. Abortus provokatus kriminalis. contoh karena malu dibunuh janinnya

Abortus provokatus kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan menurut hukum.

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni :

1. Abortus buatan legal

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapcutius, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus buatan ilegal

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.


Hukum Dan Aborsi

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”

Yang menerima hukuman adalah:

1. Ibu yang melakukan aborsi

2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi



Beberapa pasal yang terkait adalah:

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.


Pasal 341

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.


Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.


Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.




Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.


Pasal 347

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.


Pasal 348

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.


Pasal 349

Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.


Wewenang dokter dalam menjalankan praktek aborsi adalah sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan profesinya seorang dokter terkait dengan kode etik profesi, dalam hal ini Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). Dalam Kodeki tersebut tercakup hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban seorang dokter ketika menjalankan profesi kedokteran: yakni kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat, dan kewajiban terhadap diri sendiri. Jadi, Kodeki merupakan pedoman tingkah laku bagi para dokter Indonesia ketika melaksanakan profesinya atau tegasnya pedoman dalam melaksanakan kewajiban sebagai dokter Indonesia.

2. Bahwa dalam penjelasan pasal 10 Kodeki antara lain Dokter Indonesia harus berusaha mempertahankaan hidup makhluk insani. Berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut Etik kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan:

a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus);

b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu pengetahuan tidak mungkin akan sembuh (eutanasia).

c. Bahwa pada bagian lain penjelasan pasal 10 Kodeki ditegaskan antara lain bahwa abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai tindakan pengobatan, apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus).

d. Dikatakan bahwa Kodeki membenarkan aborsi dengan beberapa syarat dan menyelamatkan jiwa ibu adalah indikasi yang diperkenankan menurut Kodeki.

3. Bahwa, dalam penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Kesehatan disebutkan bahwa "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu." Jadi satu-satunya indikasi yang diperkenankan menurut UU Kesehatan ialah menyelamatkan jiwa si ibu hamil.

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

4. Bahwa, pihak-pihak yang diperbolehkan melakukan aborsi adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, sesudah meminta pertimbangan dari tim ahli yang terdiri dari pelbagai bidang keilmuan. Dengan demikian menurut UU Kesehatan, tidak semua dokter boleh melakukan tindakan aborsi.

5. Sarana yang dipakai dalam praktek aborsi (tindakan pengguguran kandungan) hanya dapat dilakukan di sarana kesehatan tertentu, yakni sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah

6. Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

7. Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal inidijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.


Mengenali Tindakan Arortus Provokatus

Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan pelbagai cara selalu mengandung resiko kesehatan baik bagi si ibu atau janin. Seorang dokter perlu mengenali kelainan yang dapat timbul akibat pelbagai macam cara yang digunakan untuk melakukan pengguguran kriminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik.

Kekerasan mekanik lokal dapat ditakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya.

Kekerasan dapat pula 'dari dalam' dengan melakukan manipulasi vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio; aplikasi asam arsonik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; atau manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke dalam uterus.

Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.

Obat/zat tertentu, racun umum digunakan dengan harapan agar janin mati tetapi si ibu cukup kuat untuk bisa selamat.

Pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu yang merangsang saiuran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus.

Hasil yang dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dan keadaan kandungannya (usia gestasi).

Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat, laksans dan lain lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain lain.

Kombinasi kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika


Teknik-Teknik Aborsi pada klinik aborsi :

1. Dilatasi Dan kuret (D & C)

2. MR (Kuret dengan penyedotan)

3. Peracunan dengan menyuntikan larutan garam pekat

4. Penguguran dengan mengunakan kimia protaglandin

5. Operasi bedah kaisar/histerotomi

6. D&X (Intact dilatation & extraction =partial birth abortion)


Komplikasi

Penggunaan obat-obatan abortifasion sebenarnya tidak ada yang efektif tanpa menimbulkan gangguan pada si ibu, Cara yang efektif dan adalah dengan melakukan manipulasi mekanik oleh tangan yang terampil.

Penyulit yang mungkin timbul adalah

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik dan lain lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini kini jarang mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang kesehatan yang telah meningkat.

b. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenk Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.

Harus diingat pula kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat mematikan dengan segera.

d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan panik Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terialu panas atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KMnO4 pekat, AgNO3, K-Morat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikologik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.

g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan pengaliran listrik lokal.


Pemeriksaan Korban Abortus

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna, daerah perut bagian bawah.

Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/Zat yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD - kematian janindi dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.

Lagi pula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita yang bersangkutan.

Pada pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis sebagai penyebab kematian korban.

Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan jenazah, bila didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan toksikologik.

Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi. Lakukan pula Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongeti atau adanya memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah.

Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologilk. Ambil urin untuk tes kehamilan/toksikologik dan pemeriksan organ-organ lain dilakukan seperti biasa.

Pemeriksaan niikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.

Rabu, 04 Januari 2012

THANATOLOGI




Tanatologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prubahan-perubahan pada tubuh seseorang yang telah meninggal dan faktor- faktor yang mempengaruhi kematian.

Pengetahuan ini berguna untuk:
  • Diagnosa kematian.
  • Menentukan saat kematian.
  • memperkirakan sebab kematian
  • memperkirakan saat kematian.

seseorang dikatakan meninggal apabila faal sistem pernapasan dan sistem peredaran darahnya telah berhenti secara lengkap dan permanen.

Pada tahun 1968 telah dicetuskan "Declaration of Sydney" yang berisi:
Penentuan seseorang yang telah meninggal harus didasarkan atas pemeriksaan klinis dan bila perlu pemeriksaan laboratoris.
Apabila hendak dilakukan transplantasi jaringan,maka penentuan seseorang yang telah meninggal harus dilakukan oleh 2 orang dokter atau lebih dan dokter bukanlah dokter yang akan melakukan transplantasi.
Mati mempunyai 2 stadium :
  • Somatic death
  • Cellular death

Dalam stadium somatic death fungsi pernapasan dan peredaran darah telah berhenti sehingga terjadi anoxia yang lengkap dan menyeluruh dalam jaringan-jaringan.Akibatnya proses aerobik dalam sel akan berhenti sedangkan proses anaerobik tetap berlangsung selama beberapa waktu,misalnya:
Sel-sel saraf masih hidup selama 5 menit setelah orang meninggal
Jaringan otot dalam waktu 3 jam setelah orang meninggalmasih dapt dirangsang secara mekanik dan elektrik
Pemberian atropin dalam waktu 4 jam setelah orang meninggal masih menimbulkam midriasis.

Tanda-tanda kematian yang dapat diperiksa dalam stadium somatic death
Hilangnya pergerakan dan sensibilitas
Berhentinya pernapasan
Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah

Dalam stadium cellular death akan timbul tanda-tanda pasti kematian:
Menurunnya suhu tubuh mayat (Argor mortis)
Timbulnya lebam mayat (Livor mortis)
Terjadinya kaku mayat (Rigor mortis)
Perubahan pada kulit dan mata
Proses pembusukan dan kadang-kadang ada proses mummifikasi dan adipocere

Somatic Death
Hilangnya sensibilitas dan dipastikan dengan Elektro Encephalography
Berhentinya pernapasan dapat diperiksa dengan cara:
-Auscultatoir = Dengan stetoskop di daerah larynx dan didengarkan secara terus menerus selama 5-10 menit
-Tes dari Winslow = Gelas berisi air diletakkan di daerah epigastrium.Bila permukaan air bergerak maka korban masih hidup
-Dengan meletakkan sebuah cermin di depan lubang hidung dan mulut.Bila cermin menjadi buram berarti korban masih bernapas. (Mirror test)

Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah diperiksa dengan cara:
-Auscultatoir = dengan stetoskop pada daerah precordial dan didengarkan secara terus menerus selama 5-10 menit
-Tes Magnus = Jari tangan diikat dengan seutas tali sedemikian rupa sehingga aliran darah venus tidak ada,tetapi aliran darah arterial masih ada,maka distal dari ikatan akan mengalami sianosis,sedangkan pada daerah ikatan tampak pucat.Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan warna berarti peredaran darah sudah tidak ada.
-Tes dari ICARD,yaitu dengan menyuntikan larutan icard,yaitu:
Fluorescin 1 gram
Na Bicarbonas 1 gram
Aquadest ad 8 cc
Secara sub cutan.Bila sirkulasi masih ada maka daerah sekitar suntika akan berwarna kuning kehijauan
Arteri Radialis di insisi.Bila sirkulasi masi ada maka dara akan keluar secara pulsatif.

Mari Suri
Dalam stadium somatic death perlu diketahui suatu keadaan yang dikenal dengan istilah mati suri atau apparent death.Mati suri terjadi karena proses vital dalam tubuh menurun sampai taraf minimum untuk kehidupan,sehingga secara klinis sama dengan orang mati.
Mati suri dapat ditemukan pada korban yang:
Terkena aliran listrik atau petir
Kedinginan
Tenggelam
Mengalami anestesi yang dalam
Mengalami acute heart failure
Mengalami neonatal asfiksia
Menderita catalepsy

Cellular Death
Dalam keadaan ragu-ragu apakah seseorang sudah meninggal atau belum,maka dokter harus menganggap koban masih hidup dan harus diberi pertolongan sampai munculnya tanda kematian yang pasti.

Penurunan suhu tubuh jenazah (Argor mortis)
Setelah seseorang meninggal,maka produksi panas berhenti,sedangkan pengeluaran panas berlangsung selama terus-menerus.Cara mengukur penurunan suhu tubuh jenazah adalah "thermo couple".Penurunan suhu jenazah dapat dipakai untuk memperkirakan saat kematian korban,yaitu dengan memakai rumus sebagai berikut:
98,40 F - suhu rectal jenazah

Kecepatan penurunan suhu jenazah dipengaruhi faktor-faktor:
-Bila korban meninggal di atas tanah:
Suhu udara (perbedaan suhu udara yang besar membuat suhu jenazah cepat menurun)
Pakaian (tebal/tipis)
Aliran udara dan kelembaban
Keadaan tubuh korban (gemuk atau kurus)
Aktivitas korban sebelum meninggal
Sebab kematian (jika meninggal karena infeksi maka suhu tubuh lebih tinggi)

-Bila korban meninggal di air
Suhu air
Aliran air
Keadaan air

Lebam mayat (Livor mortis)
Apabila seseorang meninggal,peredaran darahnya berhenti dan timbul stagnasi akibat gravitasi maka darah mencari tempat terendah.Dari luar terlihat bintik berwarna merah kebiruan.Inilah yang disebut Lebam mayat.
Pada umumnya lebam mayat sudah timbul dalam dalam waktu 15-20 menit setelah orang meninggal.Lebam mayat ini mirip dengan luka memar,oleh karena itu lebam mayat harus dibedakan dengan luka memar.

Lebam mayat
Lokasi di bagian tubuh terendah
Ditekan biasanya hilang
Pembengkakan tidak ada
Insisi ditemukan bintik-bintik darah intra vascular
Tanda intra vital tidak ada.

Luka memar
Lokasi sembarang tempat 
Ditekan tidak hilang
Pembengkakan sering ada
Insisi ditemukan bintik dara exrea vascular
Tanda intra vital : ada

Lokalisasi lebam mayat pada bagian tubuh yang rendah ,kecuali pada bagian tubuh yang tertekan dasar atau tertekan pakaian.Pada jenazah dengan posisi terlentang,lebam mayat ditemukan pada bagian kuduk,punggung,pantat dan bagian fleksor tungkai.Disamping itu kadang-kadang ditemukan juga lebam mayat pada bagian samping leher.Hal ini disebabkan oleh pengosongan yang tidak sempurna dari vena-vena superfisialis.Pada korban dengan posisi telungkup,lebam mayat ditemukan pada dahi,pipi,dagu,dada,perut dan bagian ekstensor tungkai.Kadang-kadang stagnasi darah sedemikian hebat sehingga pembuluh darah dalam lubang hidung pecah dan keluar darah dari hidung.Pada korban yang menggantung.lebam mayat terdapat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.

Empat jam setelah orang meninggal akan terjadi hemolisa sehingga pigmen darah keluar dan masuk ke jaringan sekitarnya.Akibatnya lebam mayat tidak akan hilang bila posisi jenazah diubah.
Disamping ditemukan pada kulit,lebam mayat juga ditemukan pada bagian alat tubuh,seperti bagian belakang otak,bagian belakang paru,bagian belakang hati serta bagian belakang lambung.Keadaan ini perlu dibedakan dengan keadaan patologis seperti pneumonia atau lambung yang mengalami keracunan.

Umumnya lebam mayat berwarna merah kebiruan.Pada korban yang meninggal akibat keracunan gas CO dan keracunan HCN,lebam mayatnya berwarna cherry red.Pada korban yang meninggal karena keracunan nitro benzema atau potassium chlorat,maka lebam mayatnya berwarna chocolate brown.
Pada korban yang meninggal akibat asfiksia,lebam mayatnya mendekati kebiruan.
Pada jenazah yang disimpan dalam lemari pendingin,lebam mayatnya berwarna merah terang atau pink.
Lebam mayat timbul cepat atau lambat bergantung pada volume darah yang beredar.
Pada korban dengan perdarahan,timbulnya lebam mayat lebih lambat.Pada korban gagal jantung,lebam mayat lebih cepat timbul.

Kaku mayat (Rigor mortis)
Kaku mayat terjadi pada otot-otot bergaris maupun otot-otot polos.
Adapun teori tentang terjadinya kaku mayat adalah :
Apabila seseorang meninggal maka terjadi perubahan dari ATP menjadi ADP.Selama dalam tubuh adal glikogen,masih terjadi resintesa ADP menjadi ATP,sehingga otot-otot dalam keadaan lemas.

Reply With Quote
12-12-2011 08:45 PM #2
virus
Offline

Saudagar baru

Join Date
Dec 2011
Posts
6
Post Thanks / Like 
Feedback Score
0
Apabila persediaan glikogen telah habis,maka resintesa ADP menjadi ATP tidak ada,dan semua ATP diubah menjadi ADP sehingga terjadilah kaku.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada otot-otot orang yang telah meninggal adalah sebagai berikut:
1.Primary flaccidity
Dalam fase ini otot-otot lemasdan masih bisa dirangsang secara mekanik maupun elektrik.Fase ini terjadi dalam stadium somatic death.Primary flaccidity berlangsung selama 2-3 jam.
2.Rigor mortis
Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang secara mekanik maupun elektrik.
Fase Rigor mortis dibagi dalam 3 bagian:
a.Kaku mayat belum lengkap
Kaku mayat terjadi serentak pada otot-otot seluruh tubuh.Akan tetapi manifestasinya tidak bersamaan,Mula-mula kaku mayat terlihat pada otot Orbicularis occuli,kemudian otot-otot rahang bawah,otot-otot leher,extremitas atas,thorax,abdomen,extremitas bawah.Fase ini berlangsung selama 3 jam.
b.Kaku mayat lengkap
Fase kaku mayat lengkap berlangsung selama 12 jam
c.Kaku mayat mulai menghilang
Urutan hilangnya kaku mayat sama seperti waktu timbulnya terkecuali otot rahang bawah yang paling akhir menjadi lemas.Fase ini berlangsung selama 6 jam.

3.Secondary flaccidity

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Rigor mortis:
1.Suhu sekitarnya
2.Keadaan otot saat meninggal (Apabila korban meninggal dalam keadaan lelah,rigor mortis lebih cepat timbul.Dan apabila meninggal secara mendadak atau rileks,rigor mortis terjadi lebih lambat)
3.Umur dan gizi (Pada anak-anak timbulnya rigor mortis terjadi lebih cepat,dan apabila keadaan gizi buruk timbulnya rigor mor
tis terjadi lebih cepat)

Keadaan yang mirip dengan rigor mortis
1.Heat stiffening
Kaku sendi yang disebabkan koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi.Otot yang telah kaku akibat heat stiffening tidak dapat terjadi rigor mortis.
Heat stiffening terjadi pada korban yang mati terbakar atau tersiram air panas.
Jenazah yang mengalami heat stiffening mengambil posisi tertentu yang dikenal sebagai Pugilistic attitude.Heat stiffening berlangsung terus menerus hingga terjadi pembusukan

2.Freezing (cold stiffening)
Kaku sendi yang disebabkan cairan sinovial membeku.Bila sendi tersebut digerakan,akan terdengar suara crepitasi.Untuk membedakannya dengan rigor mortis,jenazah diletakan dalam ruangan dengan suhu yang lebih tinggi,maka otot-otot akan menjadi lemas akibat mencairnya cairan sinovial.

3.Cadaveric spasm (Instanteous rigor)
Konstruksi otot dalam stadium somatic death pada saat otot-otot lain dalam fase primary flaccidity dan berlangsung terus sampai timbul secondary flaccidity.
Cadaveric spasm dapat terjadi pada:
-otot seluruh tubuh
-Terjadi pada korban yang meninggal dengan stadium somatic death yang sangat cepat disertai emosi yang hebat sesaat sebelum korban meninggal.
-Kelompok otot tertentu,misal otot tangan (korban yang bunuh diri dengan senjata api/pisau,korban yang meninggal sewaktu mendaki gunung,korban yang meninggal sambil menggenggam pakaian si pembunuh)

Perubahan pada kulit
Hilangnya elastisitas kulit
Adanya lebam mayat berwarna merah kebiruan
Terdapatnya kelainan yang disebut "Cutis Anserina" sebagai akibat kontraksi Mm.Erector Pillae

Perubahan pada mata
Refleks kornea dan cahaya menghilang
Kornea menjadi keruh akibat tertutup oleh lapisan tipis secret mata yang mengering.Keadaan ini diperlambat bila kelopak mata menutup
Bulbus oculli melunak dan mengkerut akibat turunnya tekanan intra okuler
Pupil dapat berbentuk bulat,lonjong atau irreguler sebagai akibat melemasnya otot-otot iris.
Perubahan pada pembuluh darah retina.Setelah orang meninggal,aliran darah dalam pembuluh darah retina berhenti dan mengalami segmentasi.Tanda ini timbul beberapa menit setelah orang meninggal.

Pembusukan (decomposition)
Proses pembusukan dipengaruhi oleh enzim proteolitikdan mikro organisme.Umumnya terjadi 18-24 jam setelah orang meninggal.
Adapun tanda-tanda pembusukan yang dapat diperiksa:
Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum yang disebabkan oleh reaksi hemoglobin dengan H2S
Wajah dan bibir membengkak
Scrotum dan vulva membengkak
Keluarnya feses dari anus dan keluarnya isi lambung dari mulut dan lubang hidung
Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan.Hal ini disebut Marbling
Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga timbul bullae
Akibat tekanan gas-gas pembusukan,maka gas dalam paru akan terdesak sehingga menyebabkan darah keluar dari hidung dan mulut
Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukan dalam orbita
Kuku dan rambut dapat terlepas serta dinding perut pecah
Alat-alat dalam tubuh juga mengalami proses pembusukan serta dapat dibagi menjadi 3 golongan
-Golongan cepat membusuk: jaringan otak,lambung dan usus,uterus yang hamil/post partum
-Golongan lambat membusuk: jantung,paru,ginjal,diafragma
Golongan paling lambat membusukrostat,uterus tidak hamil

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembusukan:
-Faktor luar (strerilitas,suhu sekitar,kelembaban,medium)
-Faktor dalam 
a.Umur
Bayi lahir yang belum pernah diberi makan umumnya lebih tahan terhadap proses pembusukan .Anak-anak dan orang yang tua sekali karena sedikit mengandung jaringan lemak sehingga tubuh menjadi lebih cepat dingin sehingga proses pembusukannya lebih cepat daripada orang dewasa muda.
b.Keadaan tubuh pada waktu meninggal
Apabila pada waktu meninggal tubuh dalam keadaan oedematous akan lebih cepat membusuk sedangkan bila tubuh dalam keadaan dehidrasi akan lebih lambat membusuk.Orang gemuk lebih cepat membusuk karena jaringan lemak yang memperlambat suhu.

c.Sebab kematian
Proses pembusukan akan lebih cepat jika seorang korban meninggal akibat keradangan atau jika tubuh korban mengalami mutilasi.Sebaliknya proses pembusukan akan berjalan lebih lambat bila korban meninggal akibat keracunan arsenicum,antimony atau carbolic acid yang kronis sebab bahan racun itu memiliki sifat sebagai pengawet.

d.Jenis kelamin
Wanita yang bahttp://fjb.co/ilmu-forensik/24732-tanatologi-next-thread.htmlru melahirkan kemungkinan lebih cepat membusuk.

Mummifikasi
Proses pengeringan dan pengisutan alat-alat tubuh akibat penguapan
Adapun syaray untuk terjadi mummifikasi adalah :
-Suhu udara harus tinggi
-Udara harus kering
-Harus ada aliran udara yang terus-menerus
Proses mummifikasi lengkap dalam waktu 1-3 bulan dan jenazah yang mengalami mummifikasi dapat bertahan lama sekali.
Gejala - gejala yang tampak adalah:
Tubuh menjadi kurus,kering,mengkerut
Warna coklat muda sampai coklat kehitaman
Kulit melekat erat pada jaringan di bawahnya

Adipocere (Saponification)
Adipocere terjadi karena adanya proses hidrogenasi dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh,dan asam lemak jenuh ini bereaksi dengan alkali membentuk sabun yang tidak larut.
Syarat untuk terjadinya adipocere :
-Tempat harus basah,artinya harus mengandung air
-Tempat harus mengandung alkali

Proses adipocere ini terjadi dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun.Lebih cepat pada bayi dan anak-anak daripada orang dewasa.Pada fetus berumur 7 bulan intra uterin tidak pernah mengalami adipocere karena komposisi lemaknya berbeda.
Gejala-gejala yang tampak adalah:
Tubuh berwarna putih sampai putih kekuningan
Bila diraba terasa seperti sabun
Pada pemanasan akan meleleh
Berbau tengik