Kamis, 05 Januari 2012


Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata dapat disebabkan oleh basa dan asam. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibanding trauma asam, ini terjadi sejak bahan basa digunakan secara luas di rumah dan di industri. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, trauma basa dapat secara cepat penetrasi ke sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah melakukan irigasi pada mata secepat mungkin. Penderita datang dengan keluhan kedua mata terkena soklin, kedua mata merah dan perih..Tidak ada riwayat pengobatan, Pada pemeriksaan fisik kedua mata terdapat hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, serta injeksi konjungtiva ringan, dan petekie di sekitar limbus.




Trauma kimia, basa

Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 4 bulan dibawa orangtuanya ke poliklinik mata dengan keluhan utama kedua mata terkena soklin. Riwayat penyakit sekarang lebih kurang 1 hari yang lalu tepatnya jam 5 sore kedua mata terkena soklin, mata merah, dan perih. Oleh pasien kedua mata di kucek-kucek sehingga mata bertambah merah dan perih, kemudian oleh ayah pasien kedua mata dicuci dengan air keran lebih kurang 1-2 menit. Penglihatan kabur disangkal. Tidak ada riwayat pengobatan dan tidak ada riwayat alergi pada pasien maupun keluarga.

Pada pemeriksaan fissik didapatkan keadaan umum pasien baik dengan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 84 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit, suhu 36,7 0 C, dan berat badan 15 kg. Pemeriksaan fisik pada kedua mata menunjukan adanya hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik. Selain itu didapatkan juga injeksi konjungtiva ringan dan peteki ringan di sekitar limbus.



Diagnosis

ODS Trauma Kimia Basa.



Terapi

Terapi kuratif yang diberikan pada pasien berupa irigasi pada kedua mata dengan infus RL sebanyak dua flabot. Selain itu pasien juga diberi antibiotik sistemik, dan topikal, dan suplemen multivitamin per oral. Promotif dianjurkan berupa nasehat untuk kontrol ke dokter mata setelah obat habis, makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Preventif, yaitu lebih waspada pada saat anak-anak bermain dengan barang berbahan kimia, dan simpan dengan rapi barang yang berbahan kimia.



Diskusi

Pada kasus ini pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 4 bulan, trauma kimia terjadi di rumah karena terkena deterjen pencuci baju. Senyawa basa yang ada di deterjen biasanya adalah akustik soda (natrium hidroksida) dan kalium hidroksida. hampir setiap rumah mempunyai deterjen pencuci baju. hal ini sesuai dengan prevalensi trauma kimia di atas bahwa dua pertiga terjadi di rumah dan bahan kalium hidroksida merupakan salah satu bahan basa tersering yang menyebabkan trauma kimia, karena bahan berbahan dasar kalium hidroksida digunakan secara luas di rumah contohnya sabun dan deterjen.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat mengijinkan mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu sawar perlindungan agar asam tidak penetrasi lebih dalam. Bahan ammonium hidroksida dan akustik soda dapat menyebabkan kerusakan yang berat karena mereka dapat penetrasi secara cepat, dan dilaporkan bahwa bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik

Pasien pada kasus ini kedua mata terkena soklin dan pada pemeriksaan fisik di dapatkan hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, injeksi konjungtiva ringan dan petekie ringan di sekitar limbus. Hal ini menunjukan bahwa pada pasien hanya terjadi kerusakan pada permukaan saja, yaitu hanya mengenai membran sel epitel kornea, dan konjungtiva. Sehingga trauma ini termasuk trauma kimia basa ringan. Selain itu pada pasien ini dilakukan irigasi dan dilakukan pengukuran pH dengan kertas lakmus setelahnya, didapatkan hasil pH mata kanan 8,5 dan mata kiri 8,0. Hal ini menunjukan bahwa pasien telah mengalami trauma kimia basa pada kedua mata.

Berdasarkan klasifikasi menurut Ropper-Hall, penderita dalam kasus ini tergolong dalam derajat I karena hanya didapatkan hiperemi pada konjungtiva, injeksi konjungtiva ringan dan tidak ada iskemik limbus.

Diagnosis trauma kimia basa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan visus, pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH.

Pada pasien ini dilakukan anamnesis dan aloanamnesis dengan ibu pasien, pemeriksaan segmen anterior tanpa slit lamp, pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan pemeriksaan pH setelah irigasi dengan lakmus. Hasil anamnesis didapatkan lebih kurang 1 hari yang lalu tepatnya jam 5 sore kedua mata terkena soklin, mata merah, dan perih. Pemeriksaan kedua mata tanpa slit lamp menunjukan adanya hiperemi pada konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva fornik, petekie ringan, injeksi konjungktiva ringan, dan tidak ada iskemia limbus. Pemeriksaan tekanan bola mata normal. Pada pengukuran pH setelah irigasi didapatkan hasil pH pada mata kanan 8,5 dan pada mata kiri 8,0 yang menunjukkan trauma kimia pada pasien ini bersifat basa.

Penatalaksanaan

Penanganan awal di poliklinik ,pada pasien ini dilakukan irigasi pada kedua mata menggunakan infus RL sebanyak 1000 ml, Volume RL yang diberikan hanya 1000 ml, karena pada kasus ini trauma tergolong ringan dan dengan volume tersebut konjungtiva maupun bola mata anterior sudah terlihat bersih serta tidak ada benda asing yang tertinggal. Setelah diirigasi dilakukan pengukuran pH dengan kertas lakmus didapatkan pH pada mata kanan 8,5 dan pH pada mata kiri 8,0.

Selain itu pasien juga diberikan obat-obat yang sesuai, yaitu berupa antibiotik sistemik dan topikal yang bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder, dan multivitamin bertujuan untuk mempercepat proses reepitelisasi, dan membantu penyembuhan penyakit.

Karena pasien mengalami trauma kimia basa ringan pasien cukup rawat jalan dan di nasehatkan untuk kontrol kembali setelah obat habis, banyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan lebih waspada pada saat anak-anak bermain dengan barang berbahan kimia, dan simpan dengan rapi barang yang berbahan kimia.

Komplikasi

Pada pasien ini tidak terdapat komplikasi. Akan tetapi komplikasi yang dapat terjadi pada trauma kimia basa antara lain :

- Kornea, pada organ ini dapat terjadi edema kornea karena adanya kerusakan dari epitel, glikosaminoglikan, keratosit, dan endotel, sehingga aquos humor dari bilik mata anterior dapat masuk kedalam kornea. Selain itu karena adanya iskemia limbus suplai nutrisi berkurang sehingga menyebabkan tidak terjadinya reepitelisai kornea dan pada akhirnya dapat timbul sikatrik pada kornea.

- Konjungtiva, akibat terjadi kerusakan pada sel epitel konjungtiva, terutama sel goblet yang berfungsi untuk mensekresikan mukus yaitu suatu komponen lapisan film air mata, akan menyebabkan dry eye karena produksinya berkurang.

- Konjungtiva fornik apabila ada nekrosis dan peradangan yang hebat dapat terjadi simblefaron. Oleh karena itu perlu diberikan lubrikan juga pada pasien dengan trauma kimia untuk mencegah terjadinya simblefaron.

- Glaukoma sekunder, hal ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraokuler yang disebabkan oleh adanya kelainan dan pemendekan serabut yang mengakibatkan perubahan jalinan trabekula, nyeri yang kuat, dikeluarkannya prostaglandin sebagai respon dari peradangan, dan penyempitan sudut bilik mata akibat fibrosis.

- Lensa dapat terjadi katarak, hal ini disebabkan karena adanya paparan langsung bahan basa ke lensa atau karena adanya perlekatan iris yang meradang pada lensa (sinekia posterior).

- Korpus siliaris apabila terjadi kerusakan yang berat pada organ ini dapat menyebabkan hipotoni yang permanen (ptisis bulbi) dengan kehilangan penglihatan yang permanen.

Prognosis

Prognosis trauma kimia basa tergantung dari konsentrasi basa, ph larutan, daerah permukaan okular yang terkena, lamanya kontak ( retensi senyawa basa di permukaan bola mata), dan pengobatan yang diberikan Pada kasus ini pasien termasuk trauma kimia basa derajat ringan sehingga mempunyai prognosis yang baik.



Kesimpulan

Trauma kimia mata terdiri atas dua macam yaitu trauma asam dan trauma basa. Trauma basa dua kali lebih sering terjadi dibanding trauma asam karena bahan basa digunakan secara luas di rumah maupun industri, selain itu trauma basa menimbulkan akibat yang lebih berat dibanding trauma asam. Keluhan yang ditimbulkan dari trauma kimia mata antara lain rasa nyeri, mata merah, fotofobia, terasa ada benda asing, penglihatan kabur, dan mata berair. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah irigasi mata dengan segera dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, mutivitamin terutama vitamin A dan C. selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Prognosis pada pasien ini baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar