Low Back Pain (LBP) merupakan nyeri di daerah lumbo sacral dan sakro-iliaka. Yang sering disertai penjalaran dari tungkai sampai kaki.
Yang dimaksud dengan nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah lumbo sacral dan sakro-iliaka. Yang sering disertai penjalaran dari tungkai sampai kaki. Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh dan sekaligus berdekatan dengan organ lain, yaitu traktus digestivus dan traktus urinarius. Apabila terjadi perubahan patologis pada kedua organ ini juga dapat memberikan gejala nyeri di daerah punggung bawah.
Klasifikasi nyeri punggung bawah menurut Macnab :
a. LBP viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologis di ginjal atau di visera di daerah pelvis, serta tumor retro perineal.
Nyeri tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan tidak berkurang dengan istirahat.
Penderita akan selalu menggeliat dalam upaya untuk meredakan rasa nyeri.
b. LBP neurogenik
Keadaan patologis pada saraf dapat menyebabkan LBP, yaitu pada :
- Neoplasma , Nyeri yang disebabkan oleh neoplasma pada umumnya mendahului gangguan motoris dan sensoris sesuai dengan fokal lesi. Rasa nyeri sering timbul saat tidur dan akan berkurang saat berjalan.
- Arachnoiditis, Terjadi perlengketan-perlengketan, nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
- Stenosis kanalis spinalis, Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus inter vertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis yang timbul ialah adanya claudicasio intermitans yang disertai rasa kesemutan dan tidak hilang dengan istirahat.
c. LBP spondilogenik
Adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologis di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur osteogenik, diskogenik dan miogenik.
Serta proses di artikulasio sakro-iliaka.
d. LBP vaskulogenik
Disebabkan oleh aneurisma atau penyakit vaskular perifer. Aneurisma abdomen dapat menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh.
Insufisiensi arteri glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat berjalan dan akan reda saat diam berdiri.
Claudicasio intermitans berhubungan dengan penyakit vascular perifer yang suatu saat dapat menyerupai ischialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
e. LBP psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan dan depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis maka perlu dilakukan :
Anamnesa
yang meliputi :
Letak atau lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
Pengaruh posisi atau anggota tubuh
Trauma
Proses terjadinya dan perkembangan nyeri
Obat-obat analgetik yang pernah diminum
Kondisi mental emosional
Pemeriksaan fisik
Adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologis di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur osteogenik, diskogenik dan miogenik.
Serta proses di artikulasio sakro-iliaka.
d. LBP vaskulogenik
Disebabkan oleh aneurisma atau penyakit vaskular perifer. Aneurisma abdomen dapat menimbulkan LBP di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh.
Insufisiensi arteri glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat berjalan dan akan reda saat diam berdiri.
Claudicasio intermitans berhubungan dengan penyakit vascular perifer yang suatu saat dapat menyerupai ischialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
e. LBP psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa, kecemasan dan depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis maka perlu dilakukan :
Anamnesa
yang meliputi :
Letak atau lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
Pengaruh posisi atau anggota tubuh
Trauma
Proses terjadinya dan perkembangan nyeri
Obat-obat analgetik yang pernah diminum
Kondisi mental emosional
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring atau bangun dari berbaring.
Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring atau asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
Palpasi dan Perkusi
Pada palpasi terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke daerah yang paling nyeri.
Meraba kolumna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya deviasi.
Pemeriksaan neurologis
Motorik
Menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi involunter.
Sensorik
Periksa raba, nyeri, suhu, rasa dalam dan getar.
Refleks
Refleks lutut (KPR) dan tumit (APR).
Percobaan-percobaan
Tes Lasegue
Tes ini untuk meregangkan N. Ischiadicus dan radiks-radiksnya. Hasil (+) bila penderita merasa nyeri sepanjang N.Ischiadicus.
Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.
Tes ini (+) pada Spondilosis.
Tes valsava
Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuatnya. Hasil (+) pada Spondilosis.
Tes Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara tumit diletakkan pada lutut yang satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka penderita akan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.
Tes Kontra Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi I sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi sakro-iliaka adan kelainan maka disitu akan terasa sakit.
Tes perspirasi
Dengan cara Minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu, kemudian diolesi campuran yodium, minyak kastroli dan alcohol absolute. Sesudah itu bagian yang telah diolesi tadi ditaburi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat akan berwarna biru sedang yang tidak berkeringat tetap berwarna putih.
Tes ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf otonom.
Pemeriksaan penunjang
Lumbal Pungsi
Dengan Pungsi Lumbal maka dapat diketahui warna LCS, adanya sumbatan aliran, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
Foto Rontgen
Untuk melihat fracture korpus vertebra, prosesus spinosus, spondilolistesis, bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, scoliosis, hiperlordosis dan spondilosis.
ENMG/EMG
Untuk mengetahui radiks mana yang terkena dan apakah terdapat polineuropati.
Scan tomografi
Dengan alat ini dapat dilihat adanya HNP, neoplasma, penjepitan radiks dll.
Tatalaksana
Konservatif
- Bed rest
- Medikamentosa Bersifat kausal dan simptomatis.
- Fisioterapi biasanya dalam bentuk diatermi.
Operatif
bila dengan tindakan konservatif tidak memberikan perubahan.
Best Therapy
Acute Back Pain
Avoid strict bed rest (at most 2–4 days)
Continue normal activities within limits permitted by pain
Mild analgesics and NSAIDs
Use muscle relaxants and opiates sparingly
Further studies (MRI, CT) indicated in patients with persistent sciatica or progressive pain
Surgery indicated in patients with radicular symptoms and clear-cut evidence of herniated disk correlating with symptoms
Persistent Back Pain
Physical therapy with local modalities, exercise program, patient-education program emphasizing proper ergonomics for lifting and other activities
Encourage light normal activity and regular walking program
Use analgesics, NSAIDs, and TCAs judiciously
Consider further studies (MRI, CT) and consider surgical decompression by multilevel laminectomy and fusion for patients with herniated disk or spinal stenosis and progressive functional deterioration
Analgesics and NSAIDs Comparison
Nonopiate analgesics: safest options; moderate efficacy
Acetaminophen
Dose: 650–1,000 mg t.i.d.–q.i.d.
Tramadol
Dose: 50–100 mg q.i.d.
Nonselective COX inhibitors:
caution with renal disease, cardiovascular disease, edema, risk factors for peptic ulcer disease; moderate efficacy
Ibuprofen
Dose: 400–800 mg t.i.d.
Naproxen
Dose: 500 mg b.i.d.
Diclofenac
Dose: 75 mg b.i.d.
COX-2 specific inhibitor
safer than nonselective COX inhibitors regarding GI risk; used with caution with renal disease, cardiovascular disease, edema; moderate efficacy
Celecoxib (Celebrex)
Dose: 200 mg b.i.d.
Opiates
may cause constipation, sedation; potentially habit forming, use sparingly; most used in combination form with acetaminophen; moderate efficacy
Propoxyphene
Dose: 100 mg q.i.d.
Codeine
Dose: 30 mg q.i.d.
Hydrocodone
Dose: 10 mg q.i.d.
Oxycodone
Dose: 5 mg q.i.d.
Muscle Relaxants Comparison
Muscle relaxants: may cause drowsiness, dizziness; use for limited time in most patients (1–2 wk); mild to moderate efficacy
Carisoprodol
Dose: 350 mg t.i.d.–q.i.d.
Cyclobenzaprine
Dose: 10 mg t.i.d.
Methocarbamol
Dose: 1,500 mg q.i.d.
Chlorzoxazone
Dose: 500 mg q.i.d.
Metaxalone
Dose: 800 mg q.i.d.
Tizanadine
Dose: 8 mg t.i.d.
TCA Comparison
TCAs: More appropriate for chronic pain; caution regarding drowsiness, urinary retention, orthostatic hypotension, dry mouth; moderate efficacy
Amitriptyline
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Nortriptyline
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Desipramine
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Doxepin
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Imipramine
Dose: 10–100 mg q.h.s.</div>
Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring atau bangun dari berbaring.
Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring atau asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
Palpasi dan Perkusi
Pada palpasi terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke daerah yang paling nyeri.
Meraba kolumna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya deviasi.
Pemeriksaan neurologis
Motorik
Menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi involunter.
Sensorik
Periksa raba, nyeri, suhu, rasa dalam dan getar.
Refleks
Refleks lutut (KPR) dan tumit (APR).
Percobaan-percobaan
Tes Lasegue
Tes ini untuk meregangkan N. Ischiadicus dan radiks-radiksnya. Hasil (+) bila penderita merasa nyeri sepanjang N.Ischiadicus.
Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.
Tes ini (+) pada Spondilosis.
Tes valsava
Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuatnya. Hasil (+) pada Spondilosis.
Tes Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara tumit diletakkan pada lutut yang satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan ke bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka penderita akan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.
Tes Kontra Patrick
Tungkai dalam posisi fleksi I sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi sakro-iliaka adan kelainan maka disitu akan terasa sakit.
Tes perspirasi
Dengan cara Minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu, kemudian diolesi campuran yodium, minyak kastroli dan alcohol absolute. Sesudah itu bagian yang telah diolesi tadi ditaburi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat akan berwarna biru sedang yang tidak berkeringat tetap berwarna putih.
Tes ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf otonom.
Pemeriksaan penunjang
Lumbal Pungsi
Dengan Pungsi Lumbal maka dapat diketahui warna LCS, adanya sumbatan aliran, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
Foto Rontgen
Untuk melihat fracture korpus vertebra, prosesus spinosus, spondilolistesis, bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, scoliosis, hiperlordosis dan spondilosis.
ENMG/EMG
Untuk mengetahui radiks mana yang terkena dan apakah terdapat polineuropati.
Scan tomografi
Dengan alat ini dapat dilihat adanya HNP, neoplasma, penjepitan radiks dll.
Tatalaksana
Konservatif
- Bed rest
- Medikamentosa Bersifat kausal dan simptomatis.
- Fisioterapi biasanya dalam bentuk diatermi.
Operatif
bila dengan tindakan konservatif tidak memberikan perubahan.
Best Therapy
Acute Back Pain
Avoid strict bed rest (at most 2–4 days)
Continue normal activities within limits permitted by pain
Mild analgesics and NSAIDs
Use muscle relaxants and opiates sparingly
Further studies (MRI, CT) indicated in patients with persistent sciatica or progressive pain
Surgery indicated in patients with radicular symptoms and clear-cut evidence of herniated disk correlating with symptoms
Persistent Back Pain
Physical therapy with local modalities, exercise program, patient-education program emphasizing proper ergonomics for lifting and other activities
Encourage light normal activity and regular walking program
Use analgesics, NSAIDs, and TCAs judiciously
Consider further studies (MRI, CT) and consider surgical decompression by multilevel laminectomy and fusion for patients with herniated disk or spinal stenosis and progressive functional deterioration
Analgesics and NSAIDs Comparison
Nonopiate analgesics: safest options; moderate efficacy
Acetaminophen
Dose: 650–1,000 mg t.i.d.–q.i.d.
Tramadol
Dose: 50–100 mg q.i.d.
Nonselective COX inhibitors:
caution with renal disease, cardiovascular disease, edema, risk factors for peptic ulcer disease; moderate efficacy
Ibuprofen
Dose: 400–800 mg t.i.d.
Naproxen
Dose: 500 mg b.i.d.
Diclofenac
Dose: 75 mg b.i.d.
COX-2 specific inhibitor
safer than nonselective COX inhibitors regarding GI risk; used with caution with renal disease, cardiovascular disease, edema; moderate efficacy
Celecoxib (Celebrex)
Dose: 200 mg b.i.d.
Opiates
may cause constipation, sedation; potentially habit forming, use sparingly; most used in combination form with acetaminophen; moderate efficacy
Propoxyphene
Dose: 100 mg q.i.d.
Codeine
Dose: 30 mg q.i.d.
Hydrocodone
Dose: 10 mg q.i.d.
Oxycodone
Dose: 5 mg q.i.d.
Muscle Relaxants Comparison
Muscle relaxants: may cause drowsiness, dizziness; use for limited time in most patients (1–2 wk); mild to moderate efficacy
Carisoprodol
Dose: 350 mg t.i.d.–q.i.d.
Cyclobenzaprine
Dose: 10 mg t.i.d.
Methocarbamol
Dose: 1,500 mg q.i.d.
Chlorzoxazone
Dose: 500 mg q.i.d.
Metaxalone
Dose: 800 mg q.i.d.
Tizanadine
Dose: 8 mg t.i.d.
TCA Comparison
TCAs: More appropriate for chronic pain; caution regarding drowsiness, urinary retention, orthostatic hypotension, dry mouth; moderate efficacy
Amitriptyline
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Nortriptyline
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Desipramine
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Doxepin
Dose: 10–100 mg q.h.s.
Imipramine
Dose: 10–100 mg q.h.s.</div>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar