Oleh: Dr. Taruna Ikrar (University of California, School of Medicine, Irvine, USA)
Mungkin diantara kita pernah ada yang mengalami perasaan mulas di perut, disertai setiap habis menelan, terasa ada makanan yang balik ke kerongkongan (Regurgitation), bahkan di sertai kesulitan menelan (disfagia), dan sakit pada saat menelan (odynophagia). Juga, terasa air liur berlebihan dan nyeri di dada. Ini semua merupakan gejala umum, yang dalam ilmu kedokteran disebut Reflux Esophagus. Penyakit ini lazim disebabkan kerusakan mukosa pada lambung yang berdampak pada ketidak normalan refleks esophagus.
Hal Ini biasanya disebabkan perubahan yang sementara atau permanen pada sphincter batas antara kerongkongan bagian bawah (Esophagus) dan lambung (Gaster), relaksasi sphincter esophagus, atau adanya hernia di hiatus pada sistem organ pencernaan. (Gambar 1: Anatomy Gastro Esophagus).
Penyakit ini juga dapat menyerang anak-anak, dengan gejala yang bervariasi. Biasanya,muntah-muntah yang berulang-ulang, batuk, dan masalah pencernaan lainnya. Sehingga, anak sering menangis, dan juga menimbulkan gangguan pertumbuhan dan berat badan, karena selalu menolak makanan, dengan gejala tambahan mulut yang berbau dan sering bersendawa.
Dalam studi epidemologi atau kesehatan masyarakat diperkirakan, bahwa dari sekitar 4 juta bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya, sekitar 35% dari mereka mungkin memiliki kesulitan dengan refluks dalam beberapa bulan pertama kelahiran mereka, yang ditandai sebagai muntah-bayi.
Jika kita menggunakan Endoskopi akan terlihat striktur peptikum, atau penyempitan kerongkongan bagian bawah. Ini merupakan komplikasi penyakit refluks gastroesophageal kronis dan dapat menjadi penyebab disfagia atau kesulitan menelan.
Faktor Pencetus Reflux Esophagus.
Hiatus hernia: merupakan hernia pada diafragma yang merupakan pembatas antara ruang dada (Thorax) dan rongga perut (Abdomen).
Obesitas atau kegemukan, dalam laporan gastroenterology ditemukan 2000 pasien dengan gejala penyakit refluks yang menunjukkan, bahwa 13% dari pasien tersebut disebabkan oleh perubahan dalam indeks massa tubuh dan kegemukan. Mereka juga mengalami gangguan tidur berupa Sleep Apnea obstruktif.
Hyperkalsemia atau kelebihan unsur Kalsium dalam tubuh, yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi gastrin, serta mengakibatkan peningkatan keasaman lambung. Kondisi ini akan memperparah reflux Esophagus.
Penggunaan obat-obatan seperti prednisolone dapat memperparah tukak lambung. (Gambar 2: Penyakit Peptik atau Tukak Pada Esophagus)
Makanan tertentu dan gaya hidup bisa menjadi faktor yang mencetuskan gastroesophageal reflux. Dan telah diketahui, bahwa kopi dan alkohol dapat merangsang sekresi asam lambung.
Tips Untuk Mengatasi Reflux Esophagus
1. Posisi tidur
Tidur dengan menghadap ke sisi kiri telah terbukti mengurangi episode refluks malam hari pada pasien. Hal ini disebabkan, karena posisi lambung berada disebelah kiri perut. Demikian pula, perlu diatur ketinggian elevasi badan dan kepala 6-8 inci (15-20 cm). Gunanya, untuk mencegah aliran balik cairan lambung. (Gambar 3: Posisi tidur penderita Reflux Esophagus).
2. Modifikasi gaya hidup lainnya
Menghindari merokok, mengurangi kelebihan berat badan atau obesitas, dan juga jangan memakai pakaian ketat yang dapat menekan perut.
3. Menggunakan Obat-obatan
Sejumlah obat yang telah terbukti dalam Uji klinis efektif untuk mengobati reflux Esofagus, antara lain adalah: antacid, omeprazol, esomeprazole, pantoprazole, lansoprazole, dan rabeprazole; obat-obatan ini efektif dalam mengurangi sekresi asam lambung.
4. Pembedahan
Jika dengan cara pengobatan di atas tidak efektif, dan untuk menghindari komplikasi yang lebih parah, maka tindakan terakhir yang bisa dilakukan oleh dokter, adalah pembedahan. Perawatan bedah standar untuk kasus seperti ini dikenal dengan teknik Nissen fundoplication (Gambar 4: Gambaran Esophagus setelah operasi).
Prosedur ini dilakukan tindakan dengan menggunakan laparaskopi dan pada bagian atas dari lambung dililitkan bahan silicon, yang dimaksudkan untuk memperkuat sphincter esophageal. Sehingga, refluks esophagus atau kembalinya asam lambung ke kerongkongan dapat dicegah. Selain itu dapat dilakukan vagotomy, yaitu; bedah pada saraf vagus, sehingga cabang-cabang saraf yang mempersarafi usus dan lambung dapat dikurangi yang berdampak pengurangan iritabilitas atau sensitivitas sphincter esophagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar